Footprint

28 Hours Ride Between Lao and Vietnam

This is also one of the most epic journey I’ve ever involved into. Not as crazy as my 400 km motorbike riding in Vietnam, but could probably be the second one.

Jadi cerita bermula dari Luang Prabang, Laos. Di itinerary original saya sebelum berubah jadi itinerary final ini, sehabis Myanmar, saya mau ke Laos via Thailand (Bangkok), kemudian Vietnam, baru Kamboja.

Karena prinsip saya yang nggak mau jalan bolak-balik itu, habis dari Luang Prabang, Laos, saya penginnya masuk Vietnam dari bagian utara, masuk dari Dien Bien Phu, ke Sapa, kemudian ke Hanoi, dan lanjut jalan terus ke arah selatan sampai Saigon, baru kemudian ke Kamboja.

Jadi intinya saya nggak mau pakai rute yang sebenernya lebih gampang (meskipun lama juga) Luang Prabang – Hanoi – Sapa – Hanoi lalu lanjut ke selatan. Yang artinya saya harus bolak-balik Hanoi – Sapa.
Nah, informasi yang saya dapat dari hasil googling, ada bus dari Luang Prabang langsung ke Dien Bien Phu, yang artinya saya bisa ke Sapa dulu baru Hanoi. Ya ternyata, emang ada busnya, tapi nggak di tanggal yang saya mau. Adanya baru beberapa hari kemudian.

Lalu di Luang Prabang saya dapat informasi baru bahwa saya bisa ke Sapa melalui border Sam Neua di sisi Laos. Dari Sam Neua ada bus langsung ke Sapa, tanpa ke Hanoi dulu. Oke! Belum pernah dengar sih saya, tapi berhubung yang ngasih informasi adalah orang Sam Neua yang tinggal di Luang Prabang, saya memutuskan untuk percaya kata-katanya.

Terminal bus Luang Prabang

Pukul empat sore, saya sampai di terminal bus Luang Prabang untuk menemukan kenyataan bahwa saya akan naik minivan, bukan bus biasa ke Sam Neua. Okelah, awalnya saya ngebatin, ya udah nggak papa. Nggak masalah juga.

Yang kemudian kenyataan itu disusul oleh kenyataan lain bahwasanya minivan itu diisi manusia lebih dari kapasitas muatan. Padahal kan saya kecil, ya, tapi di minivan itu, kaki saya sampe ngelipet tanpa bisa bergerak sama sekali.

Minivan ITU! :(((

Maka terjebaklah saya di minivan itu dengan stok oksigen seadanya, bersama entah berapa banyak orang yang akhirnya muat dijejalkan selama EMPAT BELAS JAM, dengan kondisi jalanan dan cara menyetir sopirnya yang bikin merasa dekat sama Tuhan. Astaghfirullah. Saya inget banget, yang saya pikirkan waktu itu, INI BAKALAN NYAMPE NGGAK SIH? PERASAAN UDAH LAMA BANGET.

Akhirnya sekitar pukul enam pagi, minivan tersebut memasuki terminal Sam Neua. Yang ternyata suhu udaranya lebih dingin daripada Bandung subuh-subuh. Sial!

Semua penumpang langsung bubar mencari kehangatan pulang ke rumah masing-masing, menyisakan saya sendirian di kursi ruang tunggu. Nggak ada satu orang pun buat ditanya, dan kondisi terminal masih gelap gulita, dan saya waktu itu nggak beli SIM card Laos jadi ya udah diem aja menunggu ada kehidupan di terminal.

Sekitar pukul tujuh, kehidupan yang saya nantikan mulai menampakkan kehadirannya. Warung mulai buka, orang mulai berdatangan, bus dari berbagai jurusan bermunculan, dan yang paling saya tunggu, loket tiket pun mulai buka.

Kios di terminal Sam Neua

Saya langsung bilang mau beli tiket bus ke Sapa. Tapi petugasnya bingung, Sapa itu di mana. Kemudian saya jelaskan, Sapa itu di Vietnam. Perasaan mulai nggak enak lagi. Kalo petugas loket pasang muka kayaknya nggak pernah denger, kecil kemungkinan bus ke arah sana tersedia.

Ternyata benar, kata petugas itu, dari Sam Neua ke arah Vietnam Cuma ada dua tujuan, Thanh Hoa atau Hanoi. Saya masih coba insist karena informasi yang saya dapat di Luang Prabang kan katanya ada bus ke Sapa. Kemudian petugas ini menghubungi petugas lainnya. Setelah ngobrol sekian lama, saya dihadapkan kenyataan lain bahwa ternyata bus itu memang ada, tapi rutenya melewati border imigrasi yang bukan international border yang artinya cuma warga negara Laos dan Vietnam saja yang boleh mondar-mandir lewat border itu.

ZING………… *kemudian saya bengong lama*

Jadi tersebutlah seorang traveler perempuan, sendirian, terjebak di antara dua negara karena nggak bisa nyeberang border, tanpa alat komunikasi selain mulut jadi nggak bisa nelfon atau googling informasi, belum makan dari kemarin siangnya, kedinginan, dan kemudian pengin ketawa ngakak saking frustasinya.

Setelah melakukan perenungan, akhirnya saya memutuskan untuk beli tiket ke Thanh Hoa sajalah yang penting sampai ke sisi Vietnam dulu. Tetep loh ya, saya menghindari Hanoi. Itu juga beli tiket tanpa tahu sebenernya letak geografis Thanh Hoa itu di Vietnam sebelah mana. :))

Pukul delapan pagi, bus ke Thanh Hoa datang. Saya pikir bus gede, ya. Berhubung itu kan bus antar negara gitu ceritanya. Eh ternyata yang muncul minibus seukuran kopaja. *ngakak kejengkang lagi*

Bus Laos Vietnam :>

Kalo yang pernah naik bus Bagong jurusan Blitar – Malang, atau bus-bus Flores, yang kurang lebih kayak gitu lah busnya. Dengan kondisi tempat duduk yang busanya udah nyaris mepet besi, jadi ya berdoa aja pantat nggak panas.

Jalanan antara Sam Neua dan Na Meo (kota di sisi seberang, di sisi Vietnam) pun amat sangat jauh dari bisa dibilang layak. Kecil, tanpa aspal, kalopun pas diaspal, udah pasti lubang-lubang, mana pas waktu itu hujan, jadi genangan lumpur di mana-mana. Kece badai lah pokoknya. Tapi bus ini punya kelebihan. Kalo kebelet pipis banget, bisa minta berhenti bentar buat pipis. :))

Pas sampe di border, masuk gedung imigrasinya, paspor Indonesia saya jadi seperti kembang api. Hah? Iya, maksudnya, itu benda jadi kayak sesuatu yang menarik banget. Sampe dilempar-lempar dari satu petugas ke petugas lainnya. Ditanyanya juga lebih ke hal-hal lucu yang out of curiousity doing gitu. Saya sih juga jawabnya sambil mesam-mesem doang. Kasihan sih sama petugas imigrasi border situ, nggak pernah lihat paspor Indonesia kayaknya :))

Border Laos – Vietnam

Udah gitu, semua orang disuruh bayar, nggak tahu duit apaan, tapi saya nggak dimintain apa-apa. Mungkin itu duit panas buat antara Laos dan Vietnam aja kali ya. Habis lolos imigrasi Vietnam, busnya mampir ke rumah makan. Kemudian saya tukar uang, sekalian beli SIM card. Minimal biar bisa tahu, saya sebenernya sedang ada di sisi dunia sebelah mana. Sekitar pukul lima sore, bus sampai di poolnya di Thanh Hoa.

Dan tahukah Anda, Thanh Hoa itu ada di mana? Boro-boro bisa langsung ke Sapa, Thanh Hoa ini sekitar 150 km di sebelah selatan Hanoi. Setelah saya pikir-pikir, kayaknya saya lelah dengan usaha saya ‘menghindari’ Hanoi, akhirnya daripada luntang-lantung di kota yang entahlah itu, akhirnya sayapun naik sajalah ke bus, MENUJU HANOI! MAMAM TUH!

Sekitar pukul delapan malam, saya sampai Hanoi dan langsung check in di hostel, dan berhasil membuat resepsionis hotel ternganga-nganga melihat stamp di paspor saya. Border Na Meo. Dia pun sampai tanya, “What on earth did you do in Na Meo? Where have you been? Were you crazy?”

Cap-cap-an Na Meo :’)

Dan saya cuma cengengesan, “Can we talk tomorrow? I just wanna lay down. 28 hours ride from Lao via you know, Na Meo, was way too tiring. Please…”

Dan dia pun memberikan kunci kamar dengan muka prihatin.

Iya mas, saya juga prihatin sama kelakuan saya sendiri. Thanks.

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr

11 Comments to “28 Hours Ride Between Lao and Vietnam”

    1. akid Author

      Gue juga masih ngakak setiap kali nyeritain kebodohan gue yang ini. Prihatin bener sama kelakuan diri sendiri :)))

      Reply
    1. akid Author

      Hahaha, menghindari Hanoi di sini maksudnya agar ga bolak-balik aja ke Hanoinya. Cukup sekali aja gitu. Jadi maunya Hanoi dilewatin dulu, baru ke Hanoinya nanti gitu :))))

      Reply
  1. Jirrrr…Mau ketawa takut dosa mbak.
    Solo backpacker lho yahhhh…Anda memang jos. Terkadang melakukan hal kebodohan pun bisa menjadi kenangan yang tak terlupakan.
    *ngakak sambil baca blognya.
    Anda sangat menginspirasi mbakk…Lanjut baca blog mbaknya yg laen ahhh…Kayaknya ada hal yg menarik lagi.

    Reply
  2. lagi pengen cari tau akses buat ke sapa dari hanoi malah nyasar disini hahahahah
    ini pengalaman berharga loh.. malah kelewat berharga hahaha
    btw aku juga pernah loh punya pengalaman random bgini, tp pas backpacker ke Filipin kemaren… horor, uji adrenalin dan deg deg an yang hqq berkumpul jadi satu, tp kalau diingat” lagi ya.. ketololan gua itu justru ngasih gua pengalaman emas sama warga lokal, dan akhirnya gua tau bahwa mereka di sana memang baik” dan tidak sungkan untuk membantu…
    nice job btw,,,,

    Reply

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.