Footprint

Bolang episode Gunung Padang

Menerima undangan Aresh untuk ngeluyur, Sabtu, 4 Juli 2009, saya bersama Aresh & Adi melakukan perjalanan ke Gunung Padang, Cianjur.

Berangkat dari kost jam 6 pagi, diantar Ndut sampe Stasiun Pasar Minggu Baru, start point kami. Rencana naek KRL pertama ternyata gagal. Karena ada kerusakan, kereta pertama nyampe Stasiun PSB udah jam 7, dengan kondisi penuh, akibat penumpukan penumpang, Kami memutuskan naek kereta berikutnya, sekitar 5 menit berselang.

Jam 8 kami tiba di Stasiun Bogor, langsung ganti angkot 03 menuju terminal Baranangsiang. Lalu mencari angkutan ke arah Sukabumi. Kenapa Sukabumi bukan Cianjur? Yak, karena topografi Cianjur yang memanjang dari utara ke selatan, so, ada beberapa daerah Cianjur yang lebih mudah dicapai dari Sukabumi, termasuk Gunung Padang. Angkutan yang membawa kami ke Sukabumi adalah sebuah colt L300, yang biasa juga disebut mobil setan, saking urakan sopirnya mengemudikannya. Kadang offroad nyalip mobil lain dari sebelah kiri, keluar dari aspal, melalui bahu jalan yang masih tanah dan tak beraturan. Hiahahahaha, tarek maaangg

Rencana balik ke Jakarta sebelum gelap hampir dipastikan gagal, karena jam saya sudah menunjukkan pukul 11.30 ketika kami tiba di Sukabumi. Secara, Aresh dan Adi lupa-lupa ingat harus naek angkot apa, dan saya mah pasti 100% blank, baru sekalinya ke Sukabumi, kami sempet tertipu sama angkot yang seharusnya menuju alun-alun. Ngga tau angkotnya aneh, kata Aresh, dia ngga lewat rute yang seharusnya. Alhasil kami diturunkan di pinggir sebuah pasar dan harus berjalan menyusuri pasar itu, menuju ujung jalan lain.

Untungnya setelah itu, kami berhasil naek ke angkot yang tepat, sebuah angkot pink berkode 01 yang membawa kami ke pos berikutnya, Sukaraja. Sedikit bertanya ke supir angkot, tapi ngga tau dimana itu Gunung Padang. Si supir coba tanyain ke kenek angkot yg di Sukaraja, trus dikasih info angkot apa selanjutnya yg kami harus naek. Dasar udah paranoid abis ketipu ama angkot sebelumnya, kami agak ragu naek angkot berikutnya, angkot biru muda tanpa nomor (eh, mungkin ada tapi saya ga perhatiin) menuju pos berikutnya, yaitu Gekbrong, perbatasan Sukabumi Cianjur.

Sudah jam makan siang waktu kami nyampe di Gekbrong. Celingak celinguk nyari warung makan, nemu warung mie ayam & baso. Saya dan Aresh masuk dan mesen duluan, sementara Adi menuruti hasrat ke toilet. Kembali dari toilet, Adi membawa kabar baik, selembar kertas bertuliskan rute yang benar menuju Gunung Padang, hasil interview sama tukang ojek yang kemaren anaknya baru pergi ke sana. Yesss!!! Harapan kami naek lagi, semangat lagi

Perut kenyang, jam 1 lewat kami meneruskan perjalanan naek angkot no 42, menuju pos berikutnya, Warungkondang. Kemudian berganti angkot 43 menuju Cikancana, desa terakhir yang dilalui angkot. Pilihannya selanjutnya adalah, jalan kaki, naek ojek, atau nyewa angkot. Karena jalan kaki tak memungkinkan mengingat waktu yang udah sore, dan ongkos ojek bertiga lebih mahal daripada naek angkot. Maka kami pilih melanjutkan dianter pak supir angkot 43 sampai ke Pal Dua.
Hampir jam 3 kami tiba di Pal Dua, pos dimana naek gunung yang sebenarnya dimulai. 2 km dari gerbang Gunung Padang, kami mulai berjalan dengan santai. Mencari spot yang bagus untuk bernarsis ria. Pemandangan hijau perkebunan teh di pegunungan yang dikelilingi bukit-bukit memanjakan mata.

Satu jam menempuh jarak 2 km, kami tiba di Cimanggu, daerah terakhir yang persis di bawah Gunung Padang. Rehat sejenak mengisi ulang tenaga, jam 4 kami mulai naek ke puncak. Jalanan menuju puncak berupa tangga batu dengan kemiringan mencapai 35 atau 45 dengan jarak anak tangga yang agak terlalu tinggi, membuat napas cepat ngos-ngosan dan betis cepat pegal.

Tak terlalu lama, terhitung hanya 15 menit waktu yang kami butuhkan untuk mencapai puncak, itu pun udah ditambah waktu untuk poto-poto sepanjang tangga (teteup narsis). Woooww, terpesona akan situs megalitikum terbesar se Asia Tenggara, plus bebatuan andesit yang berbunyi mirip besi kalo dipukul.

Jam 5 kami dipaksa turun oleh seekor anjing lucu (lucu sih sebenernya, tapi gue takut, cowok-cowok juga pada ngeri). Ngga dipaksa sih, tapi caranya melihat kami yg sedang memamah biak kue-kue itu loh yang bikin atut. Kami menyerah, mengemasi barang kami tanpa suara, lalu turun diam-diam tanpa melirik ke si anjing. Dan ternyata dia mengendus-endus bekas tempat kami duduk, mungkin mencari remah makanan. Heleh, laper ya guk?

Beramah tamah sebentar di rumah bapak penjaga, sambil tawar menawar ojek yang akan mengantar kami ke Cireungas. Kami berencana menggunakan jalan balik yang berbeda dengan jalur berangkat. Pal Dua adalah pertigaan yang menuju arah Cianjur lewat Cikancana, Cireungas yang menuju arah Sukabumi, dan ke Gunung Padang.

Jalan ke Cireungas lebih menantang daripada ke Cikancana. Memang lebih dekat, tapi ternyata jalanannya rusak parah. Di jalan, menemukan rel kereta api yang keliatan sedang diperbaiki. Menurut mas ojek, rel itu sedang dibangun untuk kereta Jakarta – Cianjur. Jadi kalo mau ke Gunung Padang, nantinya bakal lebih gampang.

Tepat jam 6, sudah gelap ketika kami tiba di Cireungas. Tanpa membuang waktu, kami langsung oper angkot kuning menuju Sukaraja, dilanjutkan angkot pink kembali ke Sukabumi. Hampir jam 7 kami tiba di Sukabumi, dengan kondisi lapaaaarrr.

Awalnya sih pengen nyobain bandrek dan bandros, tapi ternyata warungnya belum buka. Membelok ke jalan A. Yani, kami masuk ke sebuah warung, kemudian memesan 2 porsi sop sapi dan 10 tusuk sate kambing, yang tandas dalam 15 menit. Pada laper apa doyan se?

Keluar warung, terlihat sekoteng di pojok ujung jalan, melambai-lambai memanggil kami. Tak ingin mengecewakan, kami pun mampir dan memesan 3 porsi sekoteng Singapore. Sekoteng Singapore rasanya sedikit beda daripada sekoteng biasa. Lebih berasa susu daripada jahe. Plus ada topping biscuit dan satu bahan yang sampai sekarang belum teridentifikasi.

Kenyang, kami melanjutkan perjalanan ke terminal, menumpang angkot yang saya lupa warnanya. Tapi ternyata bus Sukabumi – Jakarta habis jam 5. Wah informasi yang kami dapet salah, katanya sampe jam 8 malem. Terpaksa deh kami naek mobil setan lagi menuju Bogor.

Udah cape banget, begitu PW di dalem mobil, tak lama semua terlelap. Saya kira, perjalanan kami akan happy ending tanpa halangan. Tapi ternyata salah, belum jauh dari Sukabumi, supir mobil setan meminta semua penumpang untuk turun, katanya remnya macet. Dan kami dioper ke mobil lain.

Jam setengah 11 malem kami tiba di Ciawi, Bogor. Mencari bus sekenanya menuju Jakarta. Dapatlah bus tujuan Bandung – Merak, kami turun di Slipi, sudah hampir tengah malam. Naek bus P-06 ke arah perempatan Kuningan, dan kami pun berpisah disitu.

Sebelum berpisah kami setuju bahwa perjalanan kami adalah perjalanan paling menantang, tak terduga, dan ngeluyur dalam arti yang sebenar-benarnya. Luckily, kami hanya bertiga, tak terbayang kalo rombongan kami lebih banyak, memaintenance perasaan banyak orang bakal lebih susah. Untung kami bertiga adalah pramuka tak kenal akan susah, apa guna keluh kesah hiahahahaha

Nice work, nice trip bro!!!

Ringkasan rute, estimasi waktu dan biaya per orang :
Jakarta – StasiunBogor : KRL : 7.00 – 8.00 : Rp. 2.500
Stasiun Bogor – Terminal Baranangsiang : Angkot 03 : 8.00 – 8.30 : Rp. 2.000
Terminal Baranangsiang – Terminal Degung : Colt L300 : 8.30 -11.30 : Rp. 11.000
Terminal Degung – Ramayana : Angkot Ijo : 11.30 – 11.45 : Rp. 2.500
Ramayana – Sukaraja : Angkot Pink (01) : 11.45 – 12.15 : Rp. 2.000
Sukaraja – Gekbrong : Angkot Biru Muda : 12.15 – 12.45 : Rp. 2.500
Gekbrong – Warungkondang : Angkot 42 : 13.15 – 13.45 : Rp. 2.500
Warungkondang – Pal Dua : Angkot 43 : 13.45 – 14.45 : Rp. 25.000
Pal Dua – Cimanggu : 14.45 – 15.45
Cimanggu – Gunung Padang : 15.45 – 16.00
Gunung Padang : 16.00 – 17.00
Gunung Padang – Cireungas : Ojek : 17.15 – 18.00 : Rp. 17.000
Cireungas – Sukaraja : Angkot : 18.00 – 18.30 : Rp. 2.500
Sukaraja – Sukabumi : Angkot : 18.30 – 18.45 : Rp. 2.500
Sukabumi – Terminal Degung : Angkot : 19.45 – 20.05 : Rp. 2.000
Terminal Degung – Ciawi : Colt L300 : 20.15 – 22.30 : Rp. 12.500
Ciawi – Slipi : Bus : 22.30 – 23.30 : Rp. 15.000
Slipi – Perempatan Kuningan – Bus kota : 23.45 – 24.00 : Rp. 2.500

Total biaya plus makan plus jajan lain-lain : 130.000

Alternatif rute :
Jakarta – Bogor – Sukabumi – Sukaraja – Cireungas – Gunung Padang (kayaknya lebih cepet)

Foto-foto narsis
Video

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.