Footprint

Mendadak saya punya ide buat bikin “sub-topik” WHAT IF di blog ini, yang kurang lebih isinya adalah solusi atas insiden-insiden yang pernah muncul saat saya traveling, yang mungkin juga akan kamu hadapi di kemudian hari.

Setuju nggak? Nggak setuju juga nggak papa sih, saya bakalan tetep bikin. Lha wong blog juga blog saya. *apaan sih Kid?*

This is the first!

WHAT IF…. YOUR PHONE OR CAMERA’S MEMORY CARD IS/ARE RUNNING OUT OF SPACE? Continue Reading

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr
Footprint

How do you like Myanmar?

It’s impressive!

Saya adalah tipikal orang yang kalo jalan yang diperhatikan adalah peristiwa, orang, budaya lokal, makanan, baru soal tempat wisata mah belakangan.

Kenapa? Karena saya lebih suka mengapresiasi momen ketimbang hal-hal yang udah pasti. Saya percaya, setiap momen itu unik, dan TIDAK AKAN MUNGKIN PERNAH TERULANG LAGI. Konsep momen di kepala saya itu gabungan antara:

  1. Manusia. Siapa saja yang bersama kita ketika momen itu terjadi.
  2. Tempat. Di mana kita berada saat momen itu terjadi.
  3. Waktu. Kapan momen itu terjadi.
  4. Rasa. Apa yang kita rasakan saat momen itu terjadi.

Continue Reading

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr
Footprint

Yangon, Myanmar. First Attempt.

Saya selalu percaya, ada orang-orang baik di mana pun kita berada, bahkan di perjalanan, atau di tempat yang sama sekali asing untuk kita. Saya juga percaya, pikiran positif akan menebar energi positif yang akan menarik energi positif lainnya. Jadi saya paling males buat mikir yang buruk-buruk, terutama kalo lagi ‘di jalan’.

Paska kejadian nyaris tertahan di bandara KLIA2, Kuala Lumpur karena insiden tidak punya visa Myanmar dan ‘dipaksa’ beli tiket keluar Myanmar saat itu juga, akhirnya saya berhasil boarding pesawat, menuju Yangon! Yay! Continue Reading

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr
Footprint

South East Asia. North Loop.

This will be an opening to a series of short story (I hope I could really make things short, without being too details, fingers crossed) of my first solo traveling journal, outside my country, Indonesia. 

So, last year, I had an idea of traveling around South East Asia, due to some reasons, mainly because Indonesian passport holder doesn’t need a visa to visit other SEA countries. LOL. So practical. We have 30 days visa waiver in each country but Myanmar, we only got 14 days for that one. But still, the idea of only need to show your passport at immigration office was definitely not bad. Continue Reading

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr
Footprint

Ambon, Beach to Beach, Coast to Coast, Pantai ke Pantai

Ambon kota itu sebenernya kecil, dengan jalanan yang nggak terlalu lebar dan bangunan yang tinggi, rapat dan padat, kota ini kadang terasa ‘penuh’. Beberapa hari di Ambon kayaknya saya mulai hapal sama lorong-lorongnya. *sotoy akut*

Tapi enaknya, kalau pusing sama keruwetan kotanya *iya saya pusing soalnya orang di sini nyetirnya boros klakson banget* kabur pikniknya gampang. Pantai-pantai cantik bertebaran dalam radius 30km-an dari pusat kota. Tinggal pilih mau ke mana.

Dalam dua hari, saya pergi piknik ke empat pantai. Dua di Pulau Ambon bagian utara, dua lagi di selatan. Berhubung saya #TimAngkotMania dan di Ambon angkotnya gampang, jadilah ke mana-mana kalau enggak lagi jalan kaki, seringnya naik angkot. Continue Reading

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr