Footprint

Lost in Bangkok. 23 Januari 2013.

Setelah perjalanan ramai-ramai bertujuh ke Singapura bulan lalu, bulan ini tim jalan-jalan cuma berdua aja. Kami menuju bandara Soekarno-Hatta dalam cuaca dan arus lalu lintas Jakarta yang nggak bersahabat. Tiba di bandara pukul 15.45, satu jam sebelum flight kami menuju Bangkok.

Dalam setiap perjalanan, saya membiasakan diri untuk web check-in dulu dan menerapkan prinsip traveling light untuk menghemat waktu, termasuk kali ini. Apa hubungannya traveling light dengan menghemat waktu? Selain mengurangi keribetan sepanjang jalan akibat narik-narik koper dan barang bawaan lainnya yang otomatis akan memperlambat gerak dan memakan waktu, beberapa kali saya alhamdulillah diizinin masuk ke pesawat ketika “terpaksa” telat tiba di bandara, karena saya nggak membawa barang yang perlu masuk bagasi, cuma satu ransel yang bisa masuk kabin pesawat. Mungkin kalau saya perlu drop bagasi, ceritanya akan lain lagi.

Back to the story. Tepat pukul 16.45 sesuai jadwal, pesawat Air Asia yang membawa kami, lepas landas dari Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Cuaca buruk sepanjang perjalanan membuat seluruh penumpang cukup tegang karena beberapa kali pesawat tiba-tiba drop. Hehehe. Rasanya kayak naik Hysteria di Dufan :p

Pukul 20.15 pesawat kami mendarat dengan selamat di Bandara Don Muang, Bangkok. Mulai bulan Oktober 2012, Air Asia memang memindahkan seluruh base operationnya di Bangkok dari Suvarnabhumi ke bandara ini.  Bandaranya kecil, dan terkesan sangat sederhana. Kata Indra, mirip bandara Manokwari. Hahaha :D

Lolos dengan gemulai *karena lapar* dari bagian imigrasi, kami menuju pintu keluar bandara yang ternyata cuma perlu jalan 4 meter, lalu turun pakai eskalator dan jalan lagi 30 meter. Memang sebegitu kecil bandaranya! Transportasi dari bandara ini menuju arah kota, nggak semudah dari Suvarnabhumi. Oleh karena itu, demi mencegah nyasar, meskipun sebenarnya sudah googling cara “keluar” dari area bandara, kami pun bertanya ke satpam yang kemudian bertanya ke petugas bandara yang kemudia bertanya ke petugas bandara lainnya. *meh*

“Do you know how to get to this place………. *nunjukkin Khao San Road dalam huruf Thai* ………. by bus?”

Mereka mengerenyit, “By bus? Not taxi?”. Saya mengangguk, lalu menggeleng untuk menjawab pertanyaannya. Dari awal kami memang meni kekeuh untuk seminimal mungkin naik taksi dan mau pakai moda transportasi yang relatif paling murah selain jalan kaki a.k.a bus ini. Untunglah kemudian satu-satunya petugas perempuan di situ, bisa menjelaskan dengan bahasa Inggris yang lumayan bisa dipahami.

“You take bus number 510 from here, then get off in Mo Chit. From there, you take bus number 3. Okay?”

Saya mengangguk-angguk pasang muka paham, padahal dalam hati mendadak deg-degan. Soalnya saya kira nggak perlu pakai pindah bus. Malam-malam, pindah-pindah kendaraan di kota yang sama sekali asing bukanlah pilihan yang paling menyenangkan. Tapi ya sudahlah ya. Kami langsung keluar, dan menemukan bus nomor 510 parkir cantik 5 meter dari pintu keluar. Apalah ini bandara? Seiprit banget!

Setelah duduk, kami melakukan observasi bus dengan mata, menemukan petunjuk dan peta bertuliskan huruf Thai dan jendela yang dipasang stiker berjaring-jaring sehingga pandangan ke arah luar jadi terbatas. Firasat tidak akan menemukan perhentian yang seharusnya kami turun pun melanda.

Beberapa menit duduk, bus masih juga ngetem. Tiba-tiba ibu petugas bandara yang tadi ngasih tahu rute bus, muncul menyusul kami. Dia ngasih saya secarik kertas berisi rute yang tadi dia jelasin, dan berpesan buat nunjukkin kertas itu ke sopir bus nomor 3. Biar gampang ngasih tahu di mana kami mau turun. God bless you, Ibu petugas bandara yang namanya ga bisa saya baca karena dalam huruf Thai! :))

transport dari bandara don muang ke khao san road
transport dari bandara don muang ke khao san road

Setelah ibu itu turun, nggak lama, bus pun mulai jalan. Saya menyebut Mo Chit kepada kondektur perempuan yang memintai ongkos, dan mewanti-wanti dia untuk mengingatkan kalau sudah waktunya turun. Cring! 17B saja buat bus nomor 510 dari Don Muang Airport ke Mo Chit.

Turun di Mo Chit, kami duduk manis di halte, menunggu bus nomor 3. Daerah Mo Chit ini sepintas mirip sama Rawamangun. Hahaha. Dan ternyata di situ banyak juga tukang ojek yang kelakuannya sama aja dengan tukang ojek di Jakarta: MELAWAN ARAH ARUS LALU LINTAS! =))

Semenit, sepuluh menit, setengah jam, busnya belum juga muncul. Kami mulai curiga, jangan-jangan salah tempat. Tapi alhamdulillah, akhirnya bus nomor 3 terlihat mendekat dari kejauhan, tapi dengan kecepatan tinggi, dan ternyata nggak berhenti di halte tempat kami menunggu.

Dalam keadaan kelaparan dan mulai ngantuk, kami memutuskan berjalan ke arah pertigaan. Siapa tahu pemberhentian bus nomor 3 ada di arah pertigaan itu. Dan ternyata memang benar. Halte tempat kami nunggu tadi memang bukan bus stop nomor 3. Bus stop bus ini ada sekitar 50 meter di sebelah kiri halte. Ngok!

Begitu naik bus, kami bingung karena bus nomor 3 ini nggak ada kondekturnya. Sementara, posisi dan kondisi sopir yang nyetir ngebut itu sepertinya nggak akan memungkinkan untuk ditanya KAMI HARUS TURUN DI MANA.

Saya pun akhirnya nanya ke mas-mas di sebelah saya, penduduk lokal. Dari bahasa Inggris dia yang nggak seberapa, bahasa Thai saya yang sama sekali nggak ada, dan bahasa tubuh yang sekenanya, dapat saya simpulkan bahwa:

  1. Saya sudah naik bus yang benar ke arah Khao San Road
  2. Dia tidak bisa menjelaskan di mana saya harus turun, yang jelas, masih jauh
  3. Bus ini gratis, karena itu, nggak ada kondekturnya. Saya langsung bahagia! Berarti cuma butuh 17B saja dari bandara buat mencapai penginapan. Gocengan doang, men! =))

Tapi karena belum menemukan jawaban atas pertanyaan KAMI HARUS TURUN DI MANA, kami pun pindah kursi agak ke depan. Tepat di seberang kami, ada mbak-mbak bule yang alhamdulillah bisa bahasa Inggris dengan baik dan benar, dan alhamdulillahnya lagi, dia bilang juga mau turun di Khao San. *sujud syukur*

Akhirnya sampai juga di Lucky Guest House pukul 22.55. Lima menit sebelum waktu maksimal yang saya janjikan. Ya. Lucky Guest House ini sebenernya tutup check-in pukul 20.00, tapi saya minta late check-in, dan kamar saya ditahan sampai pukul 23.00 aja. *fyuh, untung keburu*

Lucky Guest House (img courtesy Google)

Kami akan tinggal di LGH ini selama tiga malam. Dengan pertimbangan hanya akan memakai kamar mulai tengah malam sampai pagi, kami sengaja milih penginapan yang biasa saja. Asalkan cukup nyaman dan transportasinya gampang ke mana-mana, buat kami cukup. Tapi nggak ngere-ngere amat juga sih. *nyeh* Sharing room berdua buat tiga malam, di LGH kena biaya 1170B + deposit buat kunci kamar 300B (depositnya dikembaliin pas check out). Jadi kurang lebih 50-60 ribu rupiah per orang per malam. Hehehe :p

LGH ini lokasinya di kawasan backpacker Khao San dan Banglampoo, paling cuma 300 meter dari Khao San, dan tembus ke Banglampoo. Pas lah. Cukup deket buat main ke sana, tapi lumayan jauh buat denger hingar bingarnya. Khao San ini berisiknya sampai pagi. Jadi agak pe-er kalau mau tidur nyaman di daerah situ.

Setelah beres-beres sebentar, kami main ke Khao San, demi memenuhi kebutuhan perut yang belum juga terisi. Daerah ini banyak banget makanan dan jajanan. Mulai dari makanan cepat saji ala Mc Donald (di Bangkok namanya Mc Thai), Burger King, makanan pinggir jalan aneka rupa, sampai makanan beku di Seven Eleven yang ada di setiap belokan jalan. Tapi buat muslim, memang agak tricky, karena mayoritas makanannya berbabi.

Kami mutusin buat makan beef burger di Mc Thai, secara otak sudah males banget mikir jajanan halal apa yang ada di sepanjang pinggir jalan. Sekaligus nebeng pakai wifi juga, karena belum beli kartu perdana lokal. Sebenernya di Bangkok banyak banget wifi gratisan yang registernya cuma butuh data pribadi seperti nama, email dan nomor paspor. Sayangnya sampai kami duduk di Mc Thai malam itu, kami belum berhasil registrasi. Karena selama di jalan dari bandara, buat konek ke wifi juga nggak lancar.

Sempet nonton street dance sebentar di Khao San abis makan. Rame banget itu jalanan, padahal udah hampir pukul 02.00 pagi. Mampir Seven Eleven, beli roti dan air minum buat modal keluyuran berikutnya. Karena nyari air minum gratis di Bangkok nggak segampang di Singapura, jadi kami beli air semi galon Nestle seharga 39B ini buat dipindahin ke botol plastik yang sudah kami bawa dari Indonesia. Agak lebih hemat dibanding harus ngeteng beli air mineral botol sedang (sekitar 600 ml) yang harganya 10B/botol :p

amunisi air minum buat tiga hari :p
amunisi air minum buat tiga hari :p

Touch down LGH. Tidur! Kumpulin tenaga buat besok!

Itinerary Bangkok Day 1:

  • Don Muang – Mo Chit (Bus 510) = 17B
  • Mo Chit – Khao San (Bus 3) = FREE
  • Check in penginapan = 585B (3 nights)
  • Dinner McThai = 135.5B
  • Air minum dan jajan di Sevel = 41.5B

Damage cost Day 1 = 779B

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr

19 Comments to “Lost in Bangkok. 23 Januari 2013.”

  1. Michael

    Haii, Mau nanya donbg kan di blog di jelasin kalo ke khosan road naik bus no 3 nah itu turun nya di halte mana yaa? soalnya akhir bulan ini saya juga dari bandara don muang. Terima kasih

    Reply
    1. raa Author

      Turunnya di halte di Thanon Chakrabongse / Chakrabongse Road. Dari situ tinggal jalan beberapa meter dan belok kiri, itu udah Thanon Khao San / Khao San Road.

      Masalahnya adalah kemarin bus no. 3 yang saya tumpangi bus gratis dan nggak ada kondekturnya, jadi harus nanya ke orang tempat turunnya di sebelah mana.

      Tapi kalo pas dapet bus no. 3 yang nggak gratis, bisa bilang ke kondekturnya kalo mau turun Khao San / Chakrabongse :)

      Kalo di situ bisa langsung konek internet, langsung buka GMaps aja. Super akurat kalo di Bangkok :)

      Reply
  2. rio

    pas bgt nih artikel..saya jg nginep di luckyguesthouse beli diagoda…sy mau tanya kan di LGH ga ada mesin gesek cc tuh..tar sy pas sampe sana cm kasi tunjuk print booking hotelnya saja gt? Ditmbh jaminan kunci?

    TQ

    Reply
    1. raa Author

      Seinget saya di LGH emang nggak menerima pembayaran pakai CC. Tunjukkin aja bukti booking dari Agoda, trus kalo belum bayar full, bayar sisanya pakai cash (Baht).

      Siapin juga cash 500 Baht buat jaminan kunci (dibalikin pas check out).

      Happy traveling! :)

      Reply
    1. raa Author

      Standar hostel/guesthouse, sih. Kamar AC, free wifi, kamar mandi dalam ada air panasnya. Kamarnya biasa banget, jangan ekspektasi kayak kamar hotel.

      Lift di LGH cuma boleh dipake buat naikin barang, selain buat keperluan itu, naik turun pakai tangga biasa. Colokan di kamar cuma satu, jadi baiknya bawa roll cable atau yang colokan tiga gitu.

      Dari Grand Palace sekitar 1km, 15 menitan kalo jalan kaki.

      Reply
  3. rio

    Nah itu turun dr bis pas dijln khaosannya cari hotelnya mudah? aTAU ada patokan apa gt.
    Katanya cr lokasi lgh dilantai 2 kah?

    Reply
    1. raa Author

      Kalo pakai rute saya, turunnya di deket Kantor Polisi Chana Songkhram, 10 meter dari situ ada pertigaan Khao San Road, trus sekitar 100 meter dari pertigaan itu, di kanan jalan, ada LGH. Di seberangnya ada Seven Eleven.

      Post ini saya update sama foto penampakan LGH dari depan, semoga membantu.

      Reply
  4. Lailanor Effendi

    sy kemaren 17 s/d 19 mei 2013 ke bangkok, sendirian aja. tiba di don muang pukul 19.00, selesai di imigrasi trus menuju ke pintu keluar, pintu dibuka ada semacam pemberitahuan bhw ada bis khusus A1 pake AC jurusan ke Mo Chit BTS Station ongkosnya cuma 30bath (ga nyampe Rp.10rb), jarak tempuhnya cuma 16 menit (soalnya ga macet). nyampe di Mo Chit, terserah kita, naik bts atau mrt klo memang tujuan kita dilalui oleh mida transportasi tsb, klo ga ya naik bis. Pokoknya klo di bangkok gampang deh masalah transportasi murah, ga sesusah yg dibayangin.

    Reply
    1. raa Author

      Bus dari Don Mueang ke Mo Chit memang banyak, tergantung jamnya aja.
      Pas Januari ke Bangkok, saya naik bus 510 malah cuma 17Bath (Rp5000an). Tapi April kemarin, dari Don Mueang naik bus no 2 ongkosnya lebih mahal, 30Bath.

      Di Bangkok transport emang gampang banget. Kalo punya gadget yang bisa konek internet, pakai aja Google Maps. Super akurat sampai jadwal busnya :)

      Reply
  5. rio

    halo mbak…kmrn sy jadinya dr dmk naek taxi cm 200bath sMPE khaosan…sy dpt kenalan di psewat MA ANAK bpi bekpeker indonesia jd kita share naek taxi..itu aja 45mnt mlm n ga mct..kan jd murah dibagi4org…hihi….pul dr khaosan ke dmk kena 300bath cos penerbangan pagi…..tawarmenawar taxi emng segitu ratenya 200-300bath…..

    Hrsnya naek bus 59 lgsng dmk cm kita takut ketinggalan pesawat….hihi
    Bkk panas bgt……

    Kita kmna2 naek boat-mrt dr khaosan..enak ga mct….hihihi

    Reply
    1. raa Author

      Hi Mas, nice to know that :)

      Kemaren pas balik ke Bangkok lagi, saya juga beberapa kali pilih naik taksi soalnya bawa orang tua. Hehehe :D

      *sorry for my late response*

      Reply
  6. maria

    halo mbak..lam kenal ya..maksih banget infonya,rencana saya juga mau kebangkok dalam waktu dekat ini,kebetulan nginap dikhaosan road juga tepatnya di sawasdee khaosan inn…n ternyata waktu perhatikan fotonya mbak ternyata lucky guest tetanggaan ya…benarnya ga pedean sih mo ke bangkok gara2 huruf cacing nya itu,n bhs inggris pun kacau,kasih tips donk mbak untuk komunikasinya,thanks ya..

    Reply
    1. raa Author

      Hi Mba Maria, maaf banget aku abis ada masalah sama login ke blog ini jadi baru baca :(

      Tips komunikasi palingan kalo mau nanya arah, tulisan tempat yang mau ditujunya diprint atau ditunjukkin dari layar gadget dalam bahasa Thai ya.. Soalnya kadang kalo kita sebutin nama tempatnya pun, bisa jadi pronounciationnya beda.

      Saya hampir bergantung pada GMaps sepenuhnya, dan untungnya GMaps di Bangkok akurat pisan :)

      Happy travelling ya Mba… *kalo belom telat* :D

      Reply
  7. AD

    mau tanya kalo dari khaosan ke DMK naik apa ya? Kalo katanya naik bus 59, nunggu nya di halte terdekat disebelah mana jalannya dari sawasdee khaosan inn? Terimakasih

    Reply
  8. Halo. blog ini bantu banget hehe. aku mau tanya kalo lucky guest house itu bisa ekstra bed ga ya? soalnya di agoda ga ada harganya gitu kalo ekstra bed huhu

    Reply

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.