Wordplay

Memelihara Ingatan

Now tell me, how do you like your coffee?

Saya akan bercerita tentang seorang perempuan yang menghidupkan seorang tokoh, lelaki, di kepalanya, selama satu dasawarsa. Lelaki dari masa remajanya. Lelaki yang tidak diizinkannya untuk tiada.

Setiap hari, dia terbangun pagi, menjerang air untuk kopi, lalu duduk di tepi jendela dan mengingat cara lelaki itu menyeduh. Mengingat setiap percakapan mereka tentang bagaimana lelaki itu menikmati kopi, yang pada suatu hari dilanjutkan dengan pertanyaan kepada perempuan itu, “So, how do you like your coffee?”

Suatu hari yang telah berlalu lebih dari tiga puluh ribu kali perputaran pagi dan malam. Suatu hari yang rasanya seperti baru saja terjadi kemarin. Sebab perempuan itu selalu memelihara ingatan.

Lalu perempuan itu menghabiskan hari dengan menyirami ingatan, dengan cara-cara paling tidak masuk akal yang mungkin terpikirkan oleh siapapun.

Perempuan itu, menghitung jumlah mobil yang lewat, yang sama dengan mobil lelaki itu. Ia mengikuti cara lelaki itu memegang sendok garpu ketika makan. Berjalan kaki ke lobi apartemen tempat lelaki itu tinggal dan berharap semesta sesekali mempertemukannya. Sesekali yang tidak pernah terjadi.

Perempuan itu, menjadikan nama sang lelaki sebagai mantra pelega, setiap kali pikirannya sedang susah diurai. Ia menjadi terlalu peka, atas hal-hal sekecil apapun yang berkaitan dengan lelaki itu. Setiap angka, tanggal, sepenggal nama, lirik lagu, judul film, di kepala perempuan itu, ialah tentang lelaki yang ia pelihara di ingatan.

Lalu perempuan itu akan menangis, setiap kali menyadari, ia sesungguhnya hanya memelihara bayangan. Tetapi sekaligus ia merasa punya harapan, saat ia menyegarkan lelaki yang ia pelihara di ingatan.

Kau tak bisa membayangkan betapa menderitanya perempuan itu, sebab memelihara pikiran. Harapan dan kebahagiaannya setiap hari digantungkan pada segar atau tidaknya ingatan yang ia pelihara.

Lalu pada suatu musim kemarau panjang, matahari bersinar terik sekali, hingga sesering apapun ia menyirami ingatan, tetap saja lelaki di kepalanya itu layu, kemudian kering, lalu sekarat. Perempuan itu pun turut sekarat. Berhari-hari ia memaksa musim matahari terik usai. Tapi tidak kunjung selesai.

Hingga akhirnya lelaki itu mati. Tapi ternyata, perempuan itu tidak. Matinya lelaki itu membuat kepalanya jadi ringan. Ia bisa mengepak sayap lalu terbang, mengangkat sauh lalu berlayar. Ruang-ruang yang sebelumnya dihuni lelaki itu menjadi kosong dan lega. Ia tak pernah menyangka bahwa merelakan matinya ingatan rasanya begitu menyenangkan.

Setelah peristiwa pemakaman ingatan itu, ia memelihara matahari di ingatan. Sejak peristiwa pemakaman ingatan itu, ia membenci hujan.

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr

3 Comments to “Memelihara Ingatan”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.