Footprint

Packing Buat Dua Bulan Perjalanan
Packing Buat Dua Bulan Perjalanan

Saya menghabiskan mayoritas hari-hari di kuarter keempat tahun 2014 lalu di perjalanan. Efektif mulai September saya ke Kabanjahe dan Medan selama dua minggu, disusul roadtrip dari Jakarta ke Bali, lanjut ke Lombok, Sumbawa, Flores, sampai balik ke arah Jawa lagi November, dan akhirnya tiba di Jakarta lagi bulan Desember.

Sebagai perempuan (iya, kamu nggak salah baca, saya menulis perempuan) yang kalo pakai baju nggak matching jadi lemes, packing untuk perjalanan sebegitu panjang adalah PR buat saya. Waktu dulu belum pakai kerudung, saya masih suka cuek aja packing cuma satu celana panjang, dua celana pendek, dan beberapa kaos. Tapi berhubung sekarang item yang harus di-match nambah, yaitu kerudung, packing buat saya jadi perkara yang jauh lebih ribet daripada sebelumnya. Continue Reading

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr
Wordplay

Now tell me, how do you like your coffee?

Saya akan bercerita tentang seorang perempuan yang menghidupkan seorang tokoh, lelaki, di kepalanya, selama satu dasawarsa. Lelaki dari masa remajanya. Lelaki yang tidak diizinkannya untuk tiada.

Setiap hari, dia terbangun pagi, menjerang air untuk kopi, lalu duduk di tepi jendela dan mengingat cara lelaki itu menyeduh. Mengingat setiap percakapan mereka tentang bagaimana lelaki itu menikmati kopi, yang pada suatu hari dilanjutkan dengan pertanyaan kepada perempuan itu, “So, how do you like your coffee?” Continue Reading

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr
Wordplay

Rindu ialah tentang kau yang lebih memilih diselimut kabut dan aku yang menyandarkan keluh kepada angin.

Tiba-tiba kau begitu diam sementara aku tahu-tahu sudah begitu jauh.

Lalu, rindu juga tentang sekadar lambaian tangan yang tidak sempat dan janji pertemuan yang belum sempat dibuat.

Jika ada kelak, aku mau datang saat kau sudah lelap, memberimu satu pelukan yang esok paginya menjelma kekosongan yang kau rindukan.

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr
Mumble

This post should be the very first ‘proper’ book review in this blog, or that’s what I think by far.

The first five books of Fever Series

Saya dipertemukan dengan buku ini di sebuah sale yang diadakan oleh Periplus pada suatu hari di tahun 2013. Pada awalnya, saya tidak memberi perhatian lebih karena cover yang menurut saya biasa saja. Kayak masnya, saat pertama kami jumpa.

Iya, saya makhluk yang kemampuan curhat visualnya lebih unggul dibanding kemampuan verbal dan vokal, sehingga seringkali saya judging book by its cover. Maaf-maaf aja nih, ya.

Tapi karena saat itu diskonnya lagi besar-besaran, saya sedang mood buat baca banyak, dan hasil ngecek Goodreads ternyata rating -nya di atas 4 out of 5, akhirnya saya angkut lah lima buku pertama The Fever Series sekaligus. Darkfever, Bloodfever, Faefever, Dreamfever, dan Shadowfever.

Continue Reading

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr