Mumble

Today’s challenge of #99ThingsToDo is randomly taken from challenge number 17 from the book.

Here it goes!

So here I write down mine, in random order:

  • Traveling
  • Reading
  • Music
  • Coffee
  • Humanity
  • Kindness
  • Stargazing
  • Spiritualism
  • Knowledge
  • Learn something new
  • Seeing things from another point of view
  • People’s thought
  • Writing
  • Words
  • Color
  • Design
  • Crafty things

That’s all for now. I might add some later today.

So, what are yours? :)

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr
Mumble

Beberapa waktu lalu, saya dikadoin buku ini. Isinya sih udah ketahuan banget dari judulnya, 99 ide iseng buat dilakuin kalo lagi ada waktu luang.

Jadi mulai hari ini, saya akan “main” di blog dan twitter pakai hashtag #99ThingsToDo. Setiap hari saya akan randomly post satu tantangan yang saya ambil dari buku ini beserta dengan “jawaban” dari tantangan tersebut.

Maka dengan ini saya mengajak kamu untuk ikutan iseng, kalo kamu punya waktu luang. Silakan pantau tantangan #99ThingsToDo yang saya posting setiap hari di blog ini dan juga di akun twitter saya, lalu silakan dikerjakan dan upload di blog dan akun twitter kamu sendiri dengan hashtag #99ThingsToDo.

Anggap saja proyek iseng biar rajin ngeblog dan rajin ngetweet. *oke failed* :D

So, let’s just get started! :)

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr
Footprint, Mumble

On hot days of your trip, you might always crave for cold drinks during your walk around the city or your jog catching bus and train to prevent dehydration. But, of course, it will be too heavy and bulky (and costly) for you to bring along a box of water cooler or keep buying cold drinks from a dispenser or a stall.

So, here I’d like to share you my trick that might be a bit silly but have been tested and satisfied me enough.

Well, some of you might already aware of this trick but for those who don’t (yet), here’s a very quick tips on how to keep enjoying cool drinks along your trip.

What do you need?
Your favorite mint candies and the drinks.

How to enjoy?
Have some of the mint candies, and by the time they’re in your mouth and the coolness is all over your tongue, drink your water. Be careful not to swallow the candies. Or, to make it safer, finish the candies first and drink the water right away.

And, that’s it!

You will taste the cool sensation from mint candies along with the drinks.

Super si(lly)mple, right?

You’re welcome! :D

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr
Footprint

Kami tak bisa membayangkan bagaimana sulitnya melakukan perjalanan pada lebih dari 10 tahun yang lalu. Tanpa adanya teknologi yang mumpuni, kegiatan seperti memesan tiket pesawat, reservasi hotel, dan merencanakan aktivitas liburan hanya bisa dilakukan secara offline dan membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding sekarang. Aktivitas upload foto bak fotografer ataupun selfie ke media sosial pun belum dikenal pada masa itu. Membeli peta di toko buku lalu membuat rute perjalanan menggunakan pensil mungkin jadi bagian persiapan mereka sebelum era GPS datang.

GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. GPS mampu memberikan informasi mengenai posisi keberadaan pengguna, kecepatan dan waktu untuk menempuh lokasi lain, dengan sangat cepat dan tak berbayar di mana saja di bumi ini.

Teknologi yang berkembang pesat telah membuat banyak kebiasaan berubah dan semakin lebih mudah. Sekarang sudah banyak perangkat GPS. Bahkan, semua smartphone keluaran terbaru sudah menyediakan aplikasi peta yang sangat efektif menggunakan GPS. Satu yang terbaik dari layanan peta online untuk melakukan perjalanan menurut kami adalah Google Maps, aplikasi ini tersedia baik di Android maupun iOS.

Entah apa yang ada di pikiran Larry Page dan Sergey Brin saat merestui proyek Google Maps pada bulan Maret 2004 ini. Sekadar menambah tebal kantung bisnis atau memiliki misi yang lebih luas; menyelamatkan orang-orang yang tersesat di perjalanan. Apapun itu, kami sebagai pengguna rutin Google Maps menobatkannya sebagai inovasi terbaik dalam teknologi internet. Bagaimana tidak, saat kami tengah berada di tempat asing tanpa ada orang yang bisa ditanya (karena kendala bahasa saat di luar negeri, misalnya), aplikasi inilah yang mampu menyelamatkan kami. Google Maps sangat mudah digunakan, beberapa fitur dasar seharusnya bisa dimanfaatkan tanpa banyak kendala.

Kemampuan Google Maps antara lain:

1. Menunjukkan lokasi keberadaan kita saat ini.

1

2. Mencari tahu lokasi tujuan dengan sangat cepat dan presisi karena dibuat berdasarkan foto satelit.

2  3

3. Adanya petunjuk jalan yang ditampilkan secara jelas, lengkap dengan nama jalan.

4

4. Kemampuan mengukur jarak tempuh antar lokasi, prediksi total waktu dan lalu-lintas, jarak tempuh tercepat, dan bisa menghindari jam sibuk (kemampuan Waze yang diakuisisi pada 2013)

5

5. Info transportasi publik ditampilkan secara detil. Waktu keberangkatan, jumlah perpindahan, dan mode transit yang bisa digunakan. Perkiraan waktu tempuh ditampilkan berdasarkan pilihan rute, dan pilihan penggunaan kendaraan (mobil, bus atau berjalan kaki).

6

Tips tambahan:

1. Pastikan smartphone-mu berada di jangkauan operator seluler dan memiliki paket internet aktif atau WiFi. Jika tidak, gunakan tips terakhir.

2. Jangan lupa matikan fitur GPS di smartphone-mu jika tidak sedang digunakan. Hal ini untuk lebih menghemat pemakaian baterai.

3. Gunakan GPS di luar ruangan agar mendapat koordinat yang lebih akurat.

4. Proses pencarian rute memang harus dilakukan secara online, namun setelah itu bisa kita simpan atau screenshot hasilnya agar bisa digunakan secara offline.

Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi #TheExtremeJourney dengan tema: Memaksimalkan teknologi (gadget) dalam travelling.

Anggota Kelompok:
1. Pekik Indra Lesmana ID: EJ133CAL
2. Andika Rahmawati ID: EJ4490CAL
3. Ni Putu Ayu Arnila Intan Sari Penatih ID: EJ2139CAL

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr
Footprint

Sebenernya saya bukan fans berat matahari terbit, tapi matahari terbenam. Lebih eksotis, gitu. Tapi karena pas kemarin dapat kesempatan (baca: tiket murah) buat ngeluyur ke negeri matahari terbit, alias Jepang, ya sudah, pergilah saya. *sampai di sini udah boleh kok kalo mau gebuk*

Sampai sekarang, saya tetep nggak tahu di sana sebenernya mataharinya ada berapa dan apa lebih sering diskon daripada Matahari Pejaten Village. *silakan gebuk lagi*

Jepang adalah negara pertama di luar wilayah ASEAN yang berhasil saya keluyuri. Negara pertama juga yang buat ke sananya musti pakai visa (yang bukan visa on arrival). Jadi, banyak hal yang musti saya lakukan dan alami buat pertama kalinya dalam seumur hidup untuk persiapan ke sana.

Ngurus visa udah pasti, berburu kostum winter karena saya pergi pas suhu udara di sana nggak jauh-jauh beranjak dari angka 3-4-5-6-7 derajat celcius. Beda tipis lah sama Semeru. Ya tapi beda jauh kalo secara geografis. *silakan gebuk untuk ketigakalinya*, dan di luar hal yang memang sudah terprediksi, saya musti banget berhadapan dengan hal tak terduga berjudul “CARRIER GUE ILANG”.

Carrie gue (yang sempet) ilang
Carrie gue (yang sempet) ilang

Nggak pernah kebayang di pikiran saya, sengaco-ngaconya perjalanan saya ke mana-mana, sampai ada kejadian carrier ilang. Kalo barang kecil yang ilang, hape, duit, kamera, atau apalah, mungkin masih bisa. Tapi ini yang ilang, carrier gue! Dan itu carrier ilangnya bukan di bagasi, tapi di bandara, di depan mata. *eh di belakang sih*

Jadi waktu itu saya baru landing di LCCT Kuala Lumpur dan makan di salah satu restoran fast food sambil nunggu connection flight ke Osaka. Saya taruh carrier saya di troli, dan saya duduk persis di depan troli itu, tapi posisi saya membelakangi troli.

Lagi asik-asik makan, temen saya yang duduk di depan saya, menghadapi troli, tiba-tiba nanya, “Kid, carrier lo ke mana?” Refleks saya nengok, dan menemukan carrier saya beserta trolinya hilang tanpa jejak.

Ya paniklah saya!

  • Pertama: saya cuma bawa satu tas, carrier itu, semua barang saya di situ. Termasuk baju winter yang saya ga tau gimana bertaha di suhu Jepang tanpa baju-baju itu. Well, untungnya hape dan passpor saya pegang.
  • Kedua: saya taruh duit sekitar 80.000 yen, sekitar 8jutaan rupiah di dalamnya. Matik!
  • Ketiga: sayang banget kalo Deuter kesayangan saya itu ilang :(

Saya dan temen saya langsung bagi tugas. Dia nyari ke dalam terminal, saya nyari ke arah luar. Jadi jogging-lah saya keliling bandara, dapat tiga kali putaran. Hasilnya nihil. Carrier saya gone!

Akhirnya saya masuk ke pos polisi bandara. Muka kucel, keringetan, tapi tetep cantik *iya silakan gebuk lagi* dengan gelagapan saya bilang, “I lost my bag.” Trus seruangan pos polisi tiba-tiba hening, not responding, kayak di-pause.

Saya ulang lagi, “I lost my bag.” Barulah petugasnya kayak sadar. Terus nanya segala macem. Lalu saya diminta oleh beberapa mas-mas di situ, yang belakangan ternyata semacam intel berpakaian biasa *mukanya ga ada tampang polisi* *kayak tau muka polisi Malay kayak gimana aja* untuk menunjukkan lokasi kejadian, dan reka ulang.

Habis gitu saya diajak ke pos lagi. Ditanya macem-macem lagi, sementara petugasnya ngecek CCTV dan sibuk koordinasi dengan petugas di sisi bandara yang lain. Saya? Lemes. Duduk di pojok ruangan.

Tiba-tiba temen saya masuk ke pos, dan bilang: “carrier lo ketemu.” Semua orang di pos nengok ke dia. Lalu temen saya cerita, setelah keliling bandara beberapa kali, dia lihat ada ibu-ibu kebingungan megang troli yang isinya carrier saya. Ternyata, ibu itu salah ambil troli, dan dia juga kebingungan itu barang-barang di troli yang dia pegang punya siapa.

Fyuh! Untunglah saya masih beruntung. Jadi batal kedinginan di Jepang, batal kere kehilangan duit segitu banyak, dan yang terpenting, batal kehilangan carrier kesayangan.

*sujud syukur di depan counter check in LCCT*

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr