Setelah episode menghidupkan hidup yang saya ceritakan sebelumnya dan serangkaian perjalanan-perjalanan yang saya lewati, pada akhirnya saya tiba di titik berhenti, untuk sementara.
Maka, di sinilah saya sekarang. Di kota yang seringkali dipanggil pulang oleh sebagian orang. Kota yang menjadi rumah bagi banyak rindu. Jogjakarta.
Kemarin, seorang teman bertanya kenapa saya akhirnya memutuskan untuk tinggal di Jogja. Sebelumnya, saya memang sempat tergoda untuk tinggal di beberapa tempat. Beberapa alamat yang kini saya bisa menjadikannya sebagai pulang.
Toh, bagi mereka yang menerjemahkan pulang sebagai rasa, setiap pergi bisa jadi ialah pulang. Seperti itulah, saya menempatkan pulang di banyak rumah.
Jadi, kenapa Jogja? Sejujurnya, saya juga tidak bisa menjelaskan jawabannya. Mungkin rasanya seperti chemistry. You just feel it’s right. You don’t know why and how.
Hari ini, 1 Maret 2015, setelah beberapa minggu nomaden di rumah dan kost teman, saya akhirnya dapat kamar kost yang Insya Allah akan jadi rumah, a physical house to me.
Oh ya, saya ke Jogja bukan (hanya) untuk pulang, pulang dengan segala konsepnya. Saya ke Jogja untuk pindah. Untuk meletakkan sebagian besar hati di sini. Untuk memindahkan pusat semesta hidup saya ke sini.
Sejauh ini, rasanya menenangkan. Seperti mengembalikan hidup dari awal. Seperti menekan tombol reset yang menata ulang segala hal.
Ah, selamat pindah, hati! :)
Weh, sudah jadi warga yogya beneran ni :D kemaren nggak sempet bersua kid, jadwal kerjaan ketaaat~ next time ke yogya lagi ngopi ya. hahaa~
Iya, nih. Hehehe. Sip sip! Kabarin ya kalo ke sini lagi ;)
setiap kepergian adalah untuk pulang…kerja dimana sekarang di Jogja?
asyik menetap di Jogja, gue bakalan ada tempat mampir kalo kesana :D
Kerjanya di mana aja, Rey. Remote gitu. Asal ada internet mah bisa kerja.
Sip! Maen sini ya kapan-kapan, anak pulau! :D
welcome to jogja istimewa,
asik bisa belajar nulis, g usah jauh2, hehe,,,
hahaha, ayok, mas :D