The Life of a Freelancer

Menentukan Rush Fee Project

Apakah itu rush fee?

Sebenarnya makna aslinya adalah biaya tambahan yang dibebankan atas sebuah project karena waktu pengerjaan yang lebih cepat daripada standar waktu normal. Arti harafiahnya sih, biaya karena buru-buru.

Saya sering banget pakai istilah Proyek Roro Jonggrang. Inget kan, kisah beliau yang dipinang oleh Bandung Bondowoso dan mensyaratkan kepada Bandung Bondowoso untuk membuatkannya seribu candi dalam semalam? Hahaha, begitu filosofinya.

Nah, sebenarnya tidak ada aturan baku banget mengenai penentuan rush fee ini, dan kalau menurut saya, biaya tambahan ini bisa sebenarnya diaplikasikan tidak hanya ke Proyek  Roro Jonggrang, tetapi ke semua proyek yang anomali.

Berikut ini beberapa anomali proyek yang menurut saya bisa dikenai rush fee:

  • Timeline mepet. Ini yang paling dasar. Ketika sebuah proyek seharusnya memerlukan waktu pengerjaan 3 minggu, kemudian klien meminta selesai dari 1 minggu, kamu boleh mengenakan rush fee.
  • Long hours.  Ini biasanya berkaitan, meskipun tidak selalu, dengan point pertama. Proyek yang mengharuskan kamu bekerja lebih lama karena mengejar deadline yang mepet. Atau, proyek yang membutuhkan perhatian 24 jam penuh setiap hari.
  • Kerja di hari libur. Ini mungkin tidak ‘berlaku’ untuk semua freelancer. Tetapi buat yang seperti saya, memilih untuk sebisa mungkin tidak bekerja di hari Sabtu, Minggu, dan hari libur, kamu boleh juga membebankan rush fee untuk proyek yang mengharuskan kamu kerja di ‘hari libur’ yang sudah kamu tentukan.

Pada intinya, ketika sebuah proyek menuntut sesuatu yang lebih dari yang biasa kamu tawarkan *ini kok kayak pacar, sih?* kamu bisa membebankan rush fee *kepada klien, bukan kepada pacar*.

Lalu, berapa sih besar rush fee itu?

Lagi-lagi, sepertinya tidak ada patokan standar untuk ini. Persentasenya bisa sangat beragam mulai dari 10-100% dari nilai proyek sebenarnya. Tergantung pada tingkat kesulitan proyek, semepet apa deadline-nya, dan tentu saja, level ‘ketegaan’ sang freelancer. Kalau saya, jika sebenarnya proyeknya adalah proyek yang sudah biasa saya kerjakan, tapi deadline-nya cepat, saya kenakan sekitar 50% rush fee.

Besaran rush fee juga biasanya tergantung volume proyeknya, untuk proyek terjemahan di atas 10.000 kata misalnya, saya mengkategorikannya bulk project di mana saya biasanya sedikit mengurangi nilai rush fee (dan nilai proyek aslinya) sebesar sekitar 2,5%. Jadi ibaratnya pedagang aja, kalau belinya grosiran, lebih murah harganya. *yeeeeee….*

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.