Footprint

Naik Motor di Vietnam

Kalau ditanya, pengalaman traveling yang paling gila. Salah satu hal yang kemungkinan besar saya sebutkan adalah: naik motor sejauh 400 KM, SENDIRIAN, DI VIETNAM.

Yang kalau masih terdengar kurang epic, bisa ditambahkan….

….. kemudian KECELAKAAN.

Jadi waktu itu perjalanan saya sudah berlangsung sekitar satu bulan. Dan saya mulai bosan dengan pilihan transportasi pesawat, kereta, dan amat sangat lebih bosan lagi naik bus.

Saya sedang di Hanoi, Vietnam waktu itu, dan punya wacana buat pergi ke Sapa, bagian utara Vietnam, deket border China. Entah gimana ceritanya, saya tiba-tiba kepikiran buat naik motor dari Hanoi ke Sapa. Kalau dilihat di peta, jarak antara dua kota itu ‘cuma’ sekitar 320 km.

Karena saya sudah pernah menyetir motor sendirian menempuh jarak sekitar 200 km PP, saya pikir jarak segitu yaaa lumayan lah, masih doable. Tapi kebodohan saya yang pertama adalah, 320 km itu adalah jarak dengan rute yang melibatkan jalan tol, yang artinya, tidak bisa ditempuh pakai motor. Jadi kebodohan saya yang ini mengakibatkan saya harus muter-muter jalan alternatif, melewati pedesaan, jalan rusak, dan bahkan menembus hutan. Woohoo! *gampar diri sendiri*

Saya menyewa motor Honda Future di Phung Motorbike di Hanoi dengan biaya sekitar $10/hari selama lima hari. Termasuk helm dan dikasih tali buat ngiket backpack di jok belakang. Kemudian riset kecil-kecilan tentang rute yang mau ditempuh. Kecil-kecilan banget sih, cuma seputar kota-kota mana yang bisa dilewati dan dijadikan pitstop antara Hanoi dan Sapa.

Honda Future
Honda Fyutyer ready to go

Berbekal GMaps, Waze, bensin penuh, dan tingkat kepedean yang nyaris menembus langit, saya berangkat dari Hanoi sekitar pukul 11 pagi. Menuju utara!

Tingkat pede makin naik pas tahu jalanan di country side luar Hanoi masih bagus. Semacam jalan tol tapi masih boleh dilalui motor. Pitstop pertama yang saya bikin adalah kota bernama Việt Trì, sekitar 100 km dari Hanoi. Berhenti di salah satu kedai yang pemiliknya nggak bisa Bahasa Inggris, mesen kopi pake bahasa isyarat, ngopi dulu biar melek.

Outer road Hanoi

Habis ngopi dan istirahat, mulailah jalan lagi ke arah kota namanya Yên Bái. Jaraknya kurang lebih sama kayak Hanoi – Việt Trì, sekitar 100 km. Melaju dengan kecepatan sedang, angin berhembus sepoi-sepoi, enak lah nyetir sore-sore gitu.

Sampai sekitar satu jam kemudian, jam 3an sore, saya lewat di jalan alternatif yang sampai sekarang saya nggak tahu itu lokasi tepatnya di mana. Motor sedang dalam kondisi kecepatan sekitar 60 km/jam, jalanan nggak rame-rame amat. Tiba-tiba pengendara motor di depan saya memutuskan untuk putar balik.

Setelah tiga belas kali klakson dan dia meni kekeuh mau putar balik, dia udah posisi motor ngalangin jalan dan masih nunggu mobil dari arah berlawanan buat maju, sementara saya udah ngerem maksimal, maka pasrah sajalah. Motor saya pun nabrak motor dia dari samping.

Ya namanya juga kecelakaan ya, saya sempat nggak sadar, nggak tau berapa lama, mungkin cuma beberapa detik doang. Pas udah sadar, motor saya udah muter di sisi seberang jalan dengan posisi menghadap jalanan yang berlawanan.

Dibantu sama beberapa penduduk lokal yang langsung mengerumuni lokasi kecelakaan, saya pinggirkan motor, dan mulai mencoba mengumpulkan kesadaran. Dengan masih setengah gemetar, saya coba amati motor saya ada yang rusak apa nggak, mencoba mengingat beberapa hal kecil sambil menganalisa apa saya gegar otak apa enggak. Untungnya, secara fisik saya nggak mengalami luka yang berarti, cuma memar di sana-sini, dan jantung yang deg-degan hebat. I wasn’t even bleeding, not a single drop.

Pengendara motor yang saya tabrak mulai ngajak saya bicara, dalam bahasa Vietnam yang saya nggak paham tentunya. Tadinya saya mau mencoba ngajak ngobrol pakai bahasa Inggris, tapi setelah tahu bahwa orang ini kemampuan bahasa Inggrisnya nol besar, saya pun nggak mau repot-repot, saya ngomong aja pake bahasa Indonesia, sambil tidak lupa misuh-misuh pakai bahasa Jawa. Wkwk.

Jadi ya, kalau lawan bicara kamu bicara pakai bahasa yang kamu nggak ngerti dan dia nggak ngerti bahasa Inggris, apalagi bahasa asli negara kamu, please feel free buat ngomel pakai bahasa kamu sendiri. Supaya lebih puas. Toh kamu mau pakai bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, dia tetep aja nggak ngerti.

Yang saya tahu, intinya adalah sudah pasti orang ini mau minta ganti rugi. Karena biar gimana-gimana, saya yang keliatan nabrak. Jadi yang saya lakukan adalah, berdiri santai sambil minum, sambil nungguin dia beres ngomel-ngomel. I was that selow that time.

Setelah capek ngomel tapi saya nggak paham, dia nelepon teman-adiknya-yang-bisa-bahasa-Inggris di Hanoi, jadi saya bisa ngobrol dan berdiskusi tentang seberapa besar uang ganti rugi yang harus saya bayar. Singkat kata singkat cerita, saya kasih dia uang $20 dan sekian ratus ribu Vietnam Dong, yang kalau ditukar dalam kurs rupiah, totalnya senilai sekitar 500ribuan rupiah. Ya udahlah ya, daripada ribut.

Teman adiknya ini baik banget dan cukup solutif dalam menjembatani pertikaian *halah*, dan kami sempet ketemu dan ngopi setelah saya kembali ke Hanoi, dan ujung-ujungnya kami masih berteman baik sampai sekarang.

Anyway, paska kejadian kecelakaan itu, berhubung motor saya juga untungnya nggak parah rusaknya, saya masih nekat dong nyetir sampai tiga jam kemudian. Jadi, tingkat kepedean yang tadinya tinggi banget, berubah jadi tingkat kenekatan yang aje gile tingginya.

Entah di mana diriku berada hampa terasa hidupku tanpa dirimu
Entah di mana diriku berada hampa terasa hidupku tanpa dirimu

Menjelang matahari terbenam, akhirnya saya sampai di Yên Bái dan memutuskan check-in di penginapan pertama yang terlihat oleh mata. Dan hal pertama yang saya lakukan setelah masuk kamar adalah: NANGIS! Iya, dari pas kecelakaan itu, saya nggak bisa bener-bener ngerasain emosi apapun. Nggak tau mau kesel, sakit, atau justru lega. Tapi setelah di ruangan sendirian, baru bisa nangis, dan baru berasa kalau badan saya ternyata ngilu semua. Ahahahaha. *lah malah ngakak*

Malam itu saya dihadapkan pada tiga pilihan: balik ke Hanoi naik motor lagi, lanjut ke Sapa naik motor, atau motornya dititipin pakai kereta api dan saya lanjut naik kereta api atau bus. Pilihan-pilihan itu pun terbawa tidur.

Besok paginya waktu bangun, berhubung level kenekatan saya ternyata belum turun, saya memutuskan untuk lanjut ke Sapa, naik motor yang setirnya kurang lurus. Astaga, yang kayak gini jangan ditiru, dan tolong pastikan anak Anda di rumah tidak mencobanya.

Masih dengan modal Gmaps, oh did I tell you that voice navigation Gmaps nggak jalan di Vietnam? Jadi meskipun Gmaps nyala, harus berhenti beberapa waktu sekali untuk memastikan nggak salah jalan. Dan meskipun modal Gmaps, masih sajalah saya terblasuk-blasuk ke jalanan yang entah itu sebenernya di mana. Oh dan iPhone saya sempat hang karena overheat selama beberapa jam, jadi saya menyetir modal arah matahari doang. Udah kayak nenek moyangku banget. Bedanya mereka pelaut, saya pemotor. *udahlah sekip aja Kid*

River side
Ini di pengkolan Vietnam entah di mana

Tapi ya, dengan segala insiden dan peristiwa yang terjadi di perjalanan, menjelang matahari terbenam di hari kedua, saya berhasil tiba di Sapa. Asli pengin nangis lagi pas mulai memasuki jalanan arah Sapa. Hahaha.

Trus pas mau check-in hotel di Sapa, sama resepsionis ditanya, “You look like a mess. Where have you been?” Saya jawab, “I was riding motorbike. From Hanoi to here.” Dan respon mereka, “WHAT? Are you crazy?” Dan saya cuma bisa ngekek.

Dan pas itu, ada seorang tamu cowok di lobby hostelnya yang mendengar percakapan kami. Lalu besok paginya di ruang sarapan, cowok ini dengan bangga mengumumkan, “Hey guys, this is the girl who rides motorbike from Hanoi to Sapa.”

And there was applause :)))

“I just need to maintain my life so it’s not be boring.” I said.

Dan mereka penasaran, apakah saya akan menaiki motor tersebut kembali ke Hanoi, saya jawab, “A BIG NO!” :)))

Ini yang saya lakukan.

Mengirim motor pakai bus di Vietnam
Mengirim motor pakai bus dari Sapa ke Hanoi
Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr

18 Comments to “Naik Motor di Vietnam”

    1. akid Author

      Ada banyak tapi belom diberesin hahaha… Nyewa motor di Vietnam gampang sih. Ga pake ditanyain international driving license segala.

      Reply
    1. akid Author

      Selama di Vietnam sih hampir ga pernah ketemu polisi, hahaha. Pas nyewa motor juga nggak ditanyain SIM. Tapi kalo mau aman, sebaiknya punya international driving lisence ;)

      Reply
    1. akid Author

      Nggak susah sama sekali kalo mau sewa motor di Vietnam, cuma biasanya minta deposit.
      Kalo mau nyusurin Vietnam pakai motor, malah biasanya orang2 beli motor di Hanoi, trus sampe HCM motornya dijual (atau sebaliknya). Bisa lebih hemat :p

      Reply
  1. Agung Budiarjo

    Ikutan ngakak bacanya yah sis…rencana oktober mau ke hanoi nih dan mau sewa motor disana, mau keliling seharian pakai motor aja, btw sewa motornya kalo di kurs kan berapa yah per hari? Thx

    Reply
    1. akid Author

      Hai! Duh saya lupa nih berapa sewa motor di Hanoi. Tapi pas banget besok pagi saya ke Hanoi lagi, coba saya cek ya besok :D

      Reply
  2. Tuhhh kan….Nemu hal konyol lagi.
    Emang deh mbak e iki guyonan tok traveling e.
    Wkwkwkwkwkwkwk…
    Kusuka cewek strong kayak mbak e.
    Tapi liat ceritanya juga prihatin mbakkk.
    Btw aku kan pernah PP SBY-jakarta motoran mbak. Kira” nih kalau saya motoran dari HCM ke Hoi an apakah anda setuju?
    Rencana september ini pengen kesana sih mbak, mbak e nggak pengen kesana lagi. Kali aja bisa motoran bareng…Hahahahaha

    Reply
  3. Toto

    Sis..sempat ke luc yen ga.distrik yen bai.infonya batu permata sejenis ruby dan spinel murah.mohon info sis..trims ya.sehat selalu

    Reply

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.