Mumble, Seriously Serious Thoughts

Seradikal apa hidupmu pernah berubah?

Pernahkah kamu merasa semua sudah lengkap tapi tidak tersusun tepat pada tempatnya?

Saya pernah, dan ini sebuah catatan hidup saya.

Pada akhirnya, pada sebuah titik, saya memutuskan untuk mengubah apa yang telah ada. Sebelum saya merasa terjebak di sana, selamanya. Mudah? Sama sekali tidak.

Kehilangan yang terlalu banyak untuk saya tanggung dalam waktu yang bersamaan. Hubungan enam tahun saya, teman-teman, dan hal yang mungkin selama sekian lama berani saya sebut sebagai kenyamanan.

Seperti layaknya patah tulang yang coba diluruskan oleh ahli pemijatan. Saya pernah menjerit sekerasnya. Menangis sampai air mata habis sampai pada titik yang saya sadari sebagai titik normal kaki saya. Pada titik saya mulai bisa berjalan dengan baik, tanpa merasai kesakitan dari apa yang telah saya lepaskan.

Move on? Entahlah. Tapi saya mulai merasa baik-baik saja.

~ Juli, 2012

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr
Footprint, Mumble

Untuk urusan traveling, sebenarnya saya adalah orang yang cenderung sangat terencana. Sebelum keberangkatan, ke manapun itu, biasanya saya sudah mempersiapkan semua hal secara matang. Saya harus tahu tempat-tempat yang mau saya tuju, di mana akan menginap, naik apa ke sananya, dan hal-hal lain selengkap mungkin.

Kenapa? Continue Reading

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr
Mumble

Pada suatu pagi di sebuah rumah di Kabanjahe, Sumatera Utara. Ada Akid, beberapa orang abang-abang, segelas kopi yang kemasukan lalat, dan percakapan absurd.

Menurut para abang, reaksi seseorang atas kopi yang kemasukan lalat itu menunjukkan tingkat pendidikannya.

Konon, dulu, ada tiga kali penelitian atas lalat yang jatuh ke dalam gelas kopi:

  1. Ketika lalat jatuh ke dalam gelas kopi, semuanya dibuang. Baik kopi, maupun lalatnya. Peneliti yang ini, kemudian dianggap lulus S1.
  2. Ketika lalat yang jatuh ke dalam gelas kopi, kemudian lalatnya dibuang dan kopinya diminum lagi, maka penelitian ini memasuki level kelulusan S2.
  3. Ketika kopinya dibuang dan lalatnya dimakan, maka ini sudah mencapai level S3.

Maka ketika kopi saya kemasukan lalat tadi pagi, para abang menyarankan saya untuk langsung ambil S3.

Tamat.

Kabanjahe, 13 September 2014.

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr
Mumble

Okay, today’s challenge is taken from random thing number 25 from the book.

My surname is Rahmawati, yang kalo hasil dari googling, berasal dari gabungan bahasa Arab ‘rahmat’ dan dalam bahasa Jawa, nama ‘wati’ biasanya dipakai sebagai penanda nama anak perempuan. Jadi arti lengkapnya kurang lebih adalah anak perempuan yang penuh rahmat. Amin.

So, what’s yours? :)

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr
Footprint

Sebagai anak yang tumbuh besar di Indonesia tahun 90an dan bersekolah di SD yang cuma libur di hari Minggu, masa kecil saya akrab sekali dengan tayangan manga atau yang secara umum biasa saya sebut kartun, terutama kartun yang berasal dari Jepang, terutama lagi Doraemon dan kantong ajaibnya.

Menonton Doraemon setiap hari Minggu pukul 08.00 buat saya sama wajibnya dengan ikut upacara bendera di sekolah setiap Senin pukul 07.00. Ada alarm tubuh yang otomatis membangunkan saya pagi-pagi, untuk kemudian mandi dan sarapan sebelum pukul 08.00, sebab televisi tidak boleh menyala sebelum saya melakukan dua hal itu. Continue Reading

Share this:
Facebook Twitter Email Pinterest Tumblr